Posts

Showing posts from October, 2013

Maharani

“Izrail yang baik, sekarang aku bisa tenang menyambutmu datang. Terima kasih karena sudah bersabar. Mari.” Lampu kereta menyorot tajam ke arahnya. Getarannya merambat pada kaki mungilnya yang menapaki rel. Deruman suaranya yang semakin keras membawa perempuan itu pada pemandangan gelap yang pekat. Inilah detik kekalahannya. **** Maharani melemparkan telepon genggamnya ke atas kasur kemudian dia menjatuhkan dirinya. Rona-rona kecantikan tergurat jelas di wajahnya. Di usianya yang sudah melampaui seperempat abad, dia tampak masih remaja. Pipinya tirus dengan rambut yang tergerai ikal membuat dia nampak semakin cantik sekalipun bulatan hitam melingkari kelopak matanya. Napasnya keluar satu-satu, sesekali tersengal membuat dadanya kembang kempis. Siapapun dapat melihat beban berat yang sedang ditanggungnya. Hasan baru saja keluar dari kamar mandi dengan hanya berbalut selembar handuk. Dia membuka lemari dan memilih kemeja. Helaan napas Maharani merambati gendang telingan