Posts

Showing posts from March, 2015

Maleficent (2014), Merekonstruksi Cerita Lama Menjadi Kekinian

Image
Gambar diambil dari sini . Masih belum terbiasa membuat review film, karena saya bukan orang yang begitu suka nonton film atau televisi, jadi pengetahuan saya seputar perfilman atau pertelevisian masih terbatas. Tetapi, akhirnya memutuskan untuk terus mencoba menulis review mengingat obrolan dengan seorang teman bahwa membuat review itu bagus untuk membangun kebiasaan menulis, syukur-syukur hingga mengembangkan kemampuan berargumentasi. Nah, kali ini saya ingin berbagi tentang film yang baru saja saya tonton, judulnya Maleficent . Film tahun 2014 yang dibintangi oleh Angelina Jolie. Saya tertarik menonton ini, karena sedang mencari referensi tentang dongeng kontemporer dan rekonstruksi dongeng. Film ini bikin saya mengangguk-angguk dan memuji beberapa kali karena bagus banget. Bercerita dari sudut pandang Maleficent, direkonstruksi dari karakter antagonis dalam film Sleeping Beauty (1959). Seorang peri muda tetapi memiliki kekuatan hebat yang hidup di hutan ajaib, Moo

Aku Mencintaimu seperti Mencintai Secangkir Cappuccino

Image
Adakah yang lebih menarik dari secangkir cappuccino ? Bagiku espresso atau bahkan latte kalah menarik darinya. Sebentar, aku memulai tulisan ini dengan gaya sok sekali menggunakan istilah jenis-jenis kopi yang aku sendiri susah payah mengejanya. Cappuccino yang kumaksud adalah kopi susu yang dilengkapi busa di atasnya serta taburan bubuk coklat. Aku biasa membelinya di warung depan dengan harga yang sedikit lebih mahal dari kopi instan pada umumnya. Terpaksa harus kugunakan istilah ini untuk membedakannya dengan kopi susu lain. Boleh, ya? Seperti yang kubilang sebelumnya, setidaknya menurutku, cappuccino itu selalu terlihat cantik dan menarik di dalam cangkir, membuatku ingin mereguknya terus menerus hingga tandas. Aku bisa menghabiskannya dalam waktu sekejap. Setelahnya, seharian badanku gemetar, aku harus menetralisir lambungku dengan meminum banyak-banyak air putih sampai kembung. Sekalipun lambungku meradang, tak pernah sekalipun aku bosan. Perutku memang udik! Dikasih k

GERBONG MAUT

Gerbong tiga, saat mentari sedang terik-teriknya... Kecepatan kereta berkurang dan terdengar bunyi derit roda dengan rel berarti sebuah harapan baru bagi mereka. Semua penghuni gerbong kereta itu berbondong-bondeng mendekati pintu, berharap seseorang membukanya memberi makanan, minuman atau sekadar udara segar. Seharusnya, mereka mengubur harapan itu dalam-dalam. Pintu itu tak kunjung terbuka. Tidak di sini, tidak di stasiun lain, sebelum mereka benar-benar tiba di Surabaya. "Air... Air...Air...." "Tolong buka pintunya, Tuan!" "Beri kami hawa!" Nyaris semua orang menggedor-gedor dinding gerbong. Mereka seolah terjebak di sebuah oven yang berada di atas panggangan dengan bara menyala-nyala. Tak butuh waktu lama untuk membuat kulit mereka melepuh seperti halnya gula yang lumer saat dipanaskan. Namun, sekuat apapun mereka berteriak, sekeras apapun mereka menggedor dinding, pintu tak kunjung dibuka.

Sebatas Permintaan

Perempuan itu, Tuan. Seseorang yang kau kenal dua tahun terakhir ini, nyaris berusia seperempat abad. Tentu kau akan menganggap bahwa dia memiliki pembawaan yang tenang sebab telah dimatangkan usia dan pengalaman. Apakah itu sebabnya kau berharap dia tak lagi merengek-rengek meminta semua keinginan remeh temehnya terpenuhi? Apakah itu pula sebabnya kau menganggap bahwa dia akan memahami keinginanmu tanpa diminta?  Ketahuilah, Tuan! Bahwa perempuan yang telah meniti tangga waktu lebih lama dari dirimu ini, jiwanya terjebak pada masa lalu. Saat ini, ketika dia melihat kehidupan telah berubah, teman-teman seusianya telah jauh melangkah. Dia masih berada di tempat yang sama seperti saat kau menemukannya dahulu. Tetap menjadi seorang gadis kecil yang meringkuk di sudut ruangan dan terlalu ketakutan melihat dunia luar.  Lalu uluran tangamu, Tuan. Adalah kehangatan pertama dan satu-satunya yang dia punya. Genggaman tanganmu adalah sebentuk kepercayaan. Perempuan itu telah memerc