Posts

Showing posts from December, 2011

Coba katakan, bagaimana aku harus menyebut ini?

Bagaimana aku harus menyebut ini? Ketika aku mulai mengubek2 lembaran silam yang teronggok di sudut ruang. Hanya karena ada sebuah ketukan di pintu kesadaranku, lantas mendongakan kepalaku ke atas sana. Langit tak pernah sama. Aku sadar itu sejak lama. Mentari yang sama menampakan wajah yang berbeda di jelaga waktu yang kian merana. Bagaimana aku harus menyebut ini? Ketika ada rasa senang menggelitik hati, senang yang tak terdefinisi. Bahkan aku tak pernah benar2 sadar mengapa aku kemudian lupa, lupa bagaimana rasanya bosan mendengar dan melantunkan lagu yang sama. Bukan, bukan jalan di tempat ku kira, langkahku selalu beranjak meski hanya sejengkal saja. Kau kira mungkin aku diam. Tapi kau tahu aku tak berenti bukan? Bagaimana aku harus menyebut ini? Ketika beragam awan bergumul di kepalaku,kian berat dan sesak. Hendak menerjunkan buliran gerimis di wajahku. Sedang kau lihat aku mulai mengingat2 sesuatu, membuka Word kemudian mengetik sebuah paragraf tapi kemudian ku close,

Laa Tahzan Innallaha Ma’ana

Sebuah cerpen… Karya: Nursaadah Fitriani (P.B. Arab 2008) Dalam remang gua sempit di selatan kota Mekah itu Abu Bakar mulai terisak, isak yang tertahan karena pedih menyergap. Air matanya mulai menetes, tetesan yang membangunkanmu wahai Baginda Rasulullah. Membangunkanmu yang tengah tertidur di pangkuannya. Lembut kau mulai bertanya apa yang menimpa sahabatmu itu. Ayah dari istri tercintamu itu menjawab bahwa ada seekor hewan yang menggigit bagian tubuhnya. Tapi ia tak berani membangunkanmu, ia segan mengusik lelap tidurmu wahai Nabi. Sengatan seekor hewan yang bahkan sebelum engkau memasuki gua ini, lubang-lubang itu telah ditutup dengan sobekan kain dari bajunya juga menutupi lubang itu dengan bagian tubuhnya. Dia rela jika ada hewan yang menggigit tubuhnya, demi melindungimu, agar tak ada yang menyakitimu wahai Utusan Allah. Kemudian kau mulai meniup dan meludahi luka sengatan itu sampai hilang sakit yang mendera Abu Bakar. Jubah hitam mulai menyelimuti langit.Abdullah put

Hijrah

(Karya: N.Fitriani) Gurun pasir yang membentang Mentari yang menyengat Lelah yang menyergap Musuh yang mengejar Tak goyahkan langkahmu Wahai Nabi… Meninggalkan rumah Meninggalkan tanah air Karena titah-Nya Menyambut perintah-Nya Menuju Madinah. (Desember 2011)

Lepaskanlah! [Season 1]

Image
“Sudah kukatakan berulang kali, aku tak bisa” “Tolonglah demi cinta yang lama menderaku, demi rindu yang menyayat malam-malamku, demi impian yang pernah kita ukir dulu." “Tapi maaf semua telah selesai, sudah kukatakn sejak lama. Jangan pernah mengharapkanku lagi." "Kenapa kamu tetap sekeras ini ? Tolong katakan kenapa kau sekejam ini padaku ?" "Itu kan katamu. Kuharap kau mengerti. Aku tak ingin mengikatmu terus menerus dengan belenggu cinta yang sia-sia." “Sia-sia kau bilang? Kenapa kau tak pernah percaya?” “Tak ada lagi yang bisa kukatakan, semuanya sudah terleburkan, hanya masalah waktu juga kehadiran ‘dia’ akan mengikis segalanya.” “Kau kira berapa lama aku menunggumu sekedar lebih longgar pada hubungan kita. Bukan dalam waktu yang singkat.  Aku telah mencapai stadium tinggi kekeraskepalaanku. Tapi kau tak pernah mengerti.” “Cukup!!! Kau pikir aku tak sakit menahan ini semua? Aku lelah menangis, aku bosan meny