Posts

Showing posts from 2014

NaNoWriMo Membantumu Menyelesaikan Draft Satu

Image
NaNoWriMo adalah singkatan dari National Novel Writing Month . Dari singkatannya saja sudah sudah bisa ditangkap sebenarnya ini acara apa. Jika dikatakan kompetisi, ini adalah kompetisi untuk mengalahkan diri sendiri.   Untuk me njadi winner , para peserta “cukup” me nulis novel sebanyak 50.000 selama 30 hari di bulan November. J ika dikonversi ke dalam Ms.Word 50.000 kata itu sekitar 200 halaman kertas A4 dengan spasi 1,5. Masalah teknis lain, seperti bagaimana valida si , mencari writing buddies d sb. langsung meluncur saja ke FAQ di web resminya. Chris Baty menggagas NaNo WriMo pada tahun 1999. Sekalipun judulnya “ National ” acara ini diikuti bukan hanya oleh orang Amerika tetapi menjadi gelaran yang diikuti oleh para penulis dari seluruh dunia. Di Indonesia juga banyak yang menjadi participant . F orum khusus untuk masing-masing negara bisa ditemukan di web NaNo WriMo atau di F acebook . Jadi , jangan merasa sendirian! Acara ini cocok untuk siapapun yang ingin me

Rekaman Ingatan Kampus Fiksi Angkatan X

Image
Jika kamu menulis sendirian di dalam kamar, kamu akan merasa bahwa tulisanmu yang paling keren. Tetapi, saat kamu keluar dari kamarmu, kamu akan menemukan banyak orang dengan tulisan yang lebih keren. –Edi Akhiles Tulisan ini sudah saya buat sejak selesai acara Kampus Fiksi, tetapi saya mengendapkannya terlalu lama, nyaris sepuluh hari. Saya memang bukan orang yang senang menulis secara spontan, lalu dalam waktu singkat mempostingnya di blog. Mungkin ini juga alasan saya tidak pernah bisa mengejar deadline tantangan Kampus Fiksi (Hallaaah, alesan!). Saya pun sempat berpikir bahwa tulisan ini sudah basi. Sudahlah tak usah diposting ! Pikir saya sebelumnya. Sebab, saya juga melihat postingan teman-teman yang lain pada bagus. Apalah tulisan saya ini dibandingkan tulisan mereka. Akan tetapi, saya kemudian teringat kalimat Pram yang selalu saya jadikan panduan, bahwa “ Menulis adalah sebuah keberanian .” Maka dengan prolog panjang lebar, saya dengan berani memposting tulisa

Pulanglah!

Image
Pulanglah! Lalu kecup kening istrimu, juga anak lelakimu yang katanya kerap mengigau menyebut-nyebut namamu, menantimu, terperanjat setiap kali mendengar derit engsel pintu. Pulanglah! Bawakan istrimu bubur kacang hijau juga segelas susu hangat untuk anak lelakimu. Atau cukup tangan yang terentang dan sebuah permintan maaf. Pulanglah! Aku akan baik-baik saja. (2014) Gambar dari sini

Review Bumi dan Beberapa Hal tentang Membaca

Image
Gambar dari sini . Identitas Buku Judul: Bumi Pengarang: Tere Liye Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit: 2014 Jumlah Halaman: 440 halaman Tak banyak penulis Indonesia yang menggarap genre Fantasi dan Sci-Fi menjadi sebuah cerita yang bagus. (Ah barangkali ini hanya pendapat saya saja yang bacaannya masih terbatas.) Tere Liye adalah salah satunya. Lewat novel Bumi , Tere Liye mengangkat tema mengenai dunia paralel. Bercerita tentang seorang anak belasan tahun yang bernama Raib. Seperti namanya, dia bisa raib dari pandangan orang lain hanya dengan menangkupkan kedua tangannya ke wajah. Raib bisa tiba-tiba tak terlihat tanpa repot-repot bersembunyi. Dia juga punya kebiasaan diam-diam memerhatikan seseorang tanpa orang itu sadar bahwa dirinya sedang diperhatikan. Ah, bukankah ini kemampuan yang mengasyikan? Tetapi, kemampuan yang dimiliki oleh anak berusia 15 tahun ini bukan tanpa sebab. Ada misteri dibalik kemampuan itu yang baru akan diketahui pembaca di

[Review] The 100-Year-Old Man Who Climbed Out of the Window and Disappeared

Image
Judul: The 100-Year-Old Man Who Climbed Out of the Window and Disappeared Pengarang: Jonas Jonasson Penerbit: Bentang Jumlah Halaman: viii + 508 hlm. Cetakan Pertama: Mei 2014 Tepat sejam sebelum pesta ulang tahunnya yang ke 100, Allan Karlson memutuskan untuk kabur lewat jendela dari rumah lansia di Malmkoping, Swedia. Pada acara itu, sang wali kota akan hadir, para wartawan surat kabar akan meliput, demikian juga dengan seluruh penghuni dan pegawai panti antusias mengikuti acara ini. Hanya yang berulang tahun yang tak berniat datang. Allan sudah berada di dalam bis dengan sebuah koper yang baru saja dia "curi". Perjalanan ini akan membawanya pada petualangan unik, penuh kegilaan serta kekacauan yang tidak sengaja dilakukannya. Pada saat yang sama Direktur Alice (kepala panti) mengetuk puntu Kamar 1 di rumah lansia dan menemukan penghuninya sudah tidak ada di tempat.

Perempuan Penjual Kesedihan

Image
Lima tahun yang lalu, kota kami dihebohkan dengan keberadaan seorang perempuan di sudut taman kota dengan memegang plang, “Dibeli, kesedihan dengan harga tinggi.” Gambar dari sini Kota kami geger. Orang-orang membicarakan perempuan itu di angkutan umum. Ada juga yang mengunggah fotonya di jejaring sosial. Berita tentang perempuan itu juga memenuhi halaman-halaman surat kabar. Tak butuh waktu lama, wajahnya muncul di televisi lalu disiarkan pada berita pagi dan petang. Berita mengenai sesuatu hal yang ganjil kerap cepat sekali merebak. Dunia memang sudah jungkir balik, hingga ada orang yang berani membeli kesedihan. Memangnya kesedihan itu semacam jagung bakar yang bebas diperjualbelikan di pinggir jalan? “Perempuan sinting!” “Ah, paling cari sensasi.” Orang-orang mulai berspekulasi. Tetapi lebih banyak lagi yang merasa penasaran dan benar-benar mengunjungi perempuan itu untuk menjual kesedihan.

Kembali #MenantangDiri #30HariMenulis Selesai

Image
Kembali#MenantangDiri #30HariMenulis selesai, kemarin. Harusnya postingan ini dipost kemarin. Tetapi karena ada emergency family , saya menundanya. Sambil berpikir semoga bisa membuat tulisan yang lebih bagus di hari spesial ini. Tetapi sayang sekali seharian tidak bisa membuka laptop, sampai kosan sudah sangat capek dan mati listrik :( Kembali#MenantangDiri #30HariMenulis selesai? Ya selesai! Ada rasa tidak percaya, ternyata saya bisa melangkah sekalipun masih tertatih-tatih. Mengingat pesan seorang filsuf China: It does not matter how slowly you go as long as you do not stop. (Confucius) Yes beres! Program pribadi ini memang tidak membawa saya kemana-mana, tidak memberikan banyak arti tetapi dari sini saya belajar. Belajar bagaimana rasanya setiap hari meracau tentang hal-hal yang dirasakan juga dialami atau sekedar imajinasi. Kemudian saya belajar untuk selalu peka, jujur dan memaklumi diri sendiri. Mengingat saya pernah bolos empat hari! Biarlaah biarlaah… yang pentin

Komunitas Taraje

Image
Pernah denger ada komunitas kepenulisan bernama Komunitas Taraje? Cuman pernah denger aja tapi nggak tau kegiatannya ngapain? Oke, ikutin deh Q&A berikut ini:   Q: Taraje apaan? A: Taraje itu bahasa Sunda. Artinya tangga terbuat dari bambu yang kokoh dan lentur. Q: Kenapa nama komunitasnya Taraje? A: Awalnya komunitas ini bernama Anak Muda Bikin Buku (AMBB), tapi akhirnya diganti jadi Komunitas Taraje. Filosofinya karena taraje melambangkan jalan ke atas atau ke puncak. Karena ini komunitas kepenulisan, harapannya komunitas ini bisa membawa anggotanya ke puncak kesuksesan dalam hal menulis.

Kepada Sajak

gambar-gambar mengadu kepada bungkam suara-suara merajuk kepada senyap sajak diinjak-injak lalu tumbuh lagi ditinggalkan lalu hidup lagi seperti akar rumput lalu kepada apa? jika bukan kepada sajak rindu serta amarahku berpulang jika bukan kepada sajak lalu kepada apa? Bandung, 2014

Seseorang yang Sudah Selesai dengan Dirinya Sendiri

Image
Apakah saya sudah selesai dengan diri sendiri?   Pertanyaan ini tidak tiba-tiba muncul, tetapi setelah mendengarkan cerita seorang teman lalu membaca beberapa artikel. Konon, orang-orang besar di negeri ini, seperti Soekarno, Hatta, atau orang-orang yang mau pergi ke pelosok untuk mengabdi tanpa dibayar adalah orang-orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri. Orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri biasanya sudah tidak lagi menjadikan hal-hal sepele tentang dirinya adalah hal besar. Mereka sudah tidak akan lagi memikirkan: aku bete, aku kesepian, malam ini makan apa ya? cucian numpuk! atau merengek-rengek minta perhatian orang lain. Orang yang sudah selesai dengan diri sendiri akan menganggap bahwa kebahagiaan orang lain adalah kebahagiaannya juga. Tetapi bukan berarti dia mendahulukan kepentingan orang lain di atas dirinya. Toh pada akhirnya jika bukan diri sendiri siapa lagi yang akan mengurus dan membahagiakan diri kita kan? Dulu sekali, ada yang pernah ber

Mengejar Garis Start

Image
Jika ada yang bertanya sesungguhnya apa keahlian saya. Sesuatu yang bisa saya lakukan dengan baik dan telah menjadi kebiasaan adalah bahwa saya ahli mengeluh, penggerutu ulung dan tukang ngamuk (emosian) . Saya memang tidak melakukannya pada setiap orang. Tetapi orang terdekat saya tahu tentang keahlian saya itu. Beberapa hari yang lalu , saya baru mengeluh pada seorang teman. Saya bilang kenapa tulisan yang saya kirim ke media, tak kunjung dimuat. "Emang udah berapa kali ngirim?" Itulah pertanyaan yang diajukan teman saya. Pertanyaan paling menyebalkan terutama untuk saya yang gemar hal-hal instant dan malas berproses. Saya menyebutkan jumlah kira-kiranya. "Baru segitu? Ayolah, itu namanya dirimu belum melakukan apa-apa, bahkan bisa dibilang belum mulai. Kamu belum larut sama dunia menulis. Baru nyentuh-nyentuh aja, belum nyebur." Haa... saya mengerutkan kening (ini adalah kalimat yang sangat klise) Saya mulai bertanya-tanya emang gimana cara nge

Sudah Berapa Lama Kita Tidak Saling Bicara?

aku mengadu pada sebait sajak. tentang kerinduan yang menghantam dadaku. nyeri rasanya. aku lupa, sudah berapa lama kita tidak saling bicara? sekalipun baru kemarin kita berdua sama-sama bersandar pada tembok lalu mendengarkan sebuah lagu. tetapi sudah lama sekali kita tidak saling berbicara. sekalipun aku tak henti-hentinya mengoceh tentang kemacetan jalanan, tentang pertemuanku dengan seorang teman, tentang film yang habis kutonton. tetapi sesungguhnya sudah lama sekali kita tidak saling bicara.  aku mencintaimu, katamu. aku juga mencintaimu, kataku. aku cuman cinta sama kamu, katamu. aku juga, kataku. tetapi sudah lama sekali kita tidak saling berbicara. apakah aku harus mengunjungi rumahmu? aku ingin bicara. aku ingin kita bicara. “Aku menulis sebuah sajak untukmu. Baca ya!” lihat, kita akan kembali gagal saling berbicara.

Kesepian

"Kamu suka kesepian gak sih?" Pertanyaan itu kerap kuajukan pada banyak orang. Karena aku ngerasa heran aja, bagaimana bisa aku merasa sering kesepian. Apakah ini sesuatu hal yang normal? Apakah aku mengalami kelainan? Lalu aku mengamati satu persatu jawaban teman-temanku. "Pernah lah, aku pernah mengalami kesepian." Kata seorang temanku. "Aku sering, apalagi saat ditinggal suami kerja." Kata temanku yang lain. Oke dari beberapa orang yang pernah kutanyai, rata-rata mereka menjawab. Iya. Lalu aku sering bertanya sendiri. Apakah matahari kesepian? Dia cuman sendiri di langit. Dikelilingi delapan planet. Ribuan asteroid, puluhan satelit. Apakah dia pernah merasa kesepian? Aku mengandaikan bahwa matahari itu kesepian, atau bosan. Lalu sekali waktu dia merasa kebosanannya memuncak dengan terjadinya badai. Mungkin itu adalah saat-saat dia sudah mengalami klimaks atas semua kesepian dan kebosanan. Tetapi pada akhirnya dia harus menyelesaikan

Hidup Serupa Secangkir Kopi

Image
Hidup serupa secangkir kopi.

Tamasya Ingatan (Sebuah Surat untuk Fathia Mohaddisa)

Image
Untuk Fathia Mohaddisa Hari ini aku menuliskan sebuah surat singkat untukmu. Sengaja kutulis di sini. Hey, apakah aku latah dengan kebiasaan orang-orang yang menulis surat terbuka? Sebenarnya aku mau bilang tidak. Tetapi bukankah setiap tulisan yang dipubikasikan adalah sebuah surat terbuka. Sekalipun secara bentuknya bisa berupa puisi, novel atau artikel. Kali ini, biarkanlah tulisan yang kusebut surat singkat ini hanya semacam tamasya ingatan pada masa-masa yang telah terlewat. Terlebih ini adalah hari yang istimewa. Hari ini, Fath, 3 september 2014, kamu resmi menjadi ibu. Bagiamana rasanya menjadi ibu? Bagaimana rasanya setelah mengandung sembilan bulan? Sesakit apa rasanya melahirkan? Aku ingin membredelimu dengan pertanyaan-pertanyaan macam begitu. Pertanyaan yang tidak butuh jawaban sebenarnya. Karena paling jawabanmu, "Nanti juga kamu ngerasain sendiri." Ah rasanya baru kemarin, kita sekamar berdua. Sibuk mengerjakan skripsi. Sarapan bubur tiap pagi.

MENCINTAI DALAM DIAM

Image
“Aku jatuh cinta sama kamu.” Kuangkat wajahku. Seketika menghentikan gerakan tanganku yang sejak tadi mengaduk segelas susu coklat. Ada jeda yang membuat aliran listrik di kepalaku berhenti. “Serius?” Dari jutaan kata, entahlah kenapa kata itu yang keluar. Bibirku menggumamkannya tanpa kusadari. “Ya, aku...” lelaki di hadapanku itu menghentikan kalimatnya, menghela napas panjang. “Jatuh cinta sama kamu.” Tiba-tiba aku merasa dadaku sesak. Ada yang bergerak di perutku, mungkin kupu-kupu, seperti yang dikatakan orang lain. Kularikan pandanganku pada langit-langit, jendela, karpet atau apapun, selain wajahnya. “Aku minta maaf. Aku egois.” Ujarnya. Mata kami kemudian beradu. “Aku hanya ingin mengeluarkan apapun yang ada di pikiranku. Tanpa mempertimbangkan apakah ini saat yang tepat.” Dia menyandarkan tubuhnya ke senderan kursi. “Atau apakah lawan bicaraku siap mendengarkannya atau tidak.”

Aku Ingin Kau Menjadi Orang yang Terakhir Kulihat Saat Malam Kumenutup Mata dan Orang yang Pertama Kulihat Saat Pagi Kubuka Mata (Ini judul panjang banget, bodo ah!)

Image
Kau membuka pintu rumah, menjinjing koper dan membuka mobil yang terparkir di halaman rumah kita yang tak seberapa luas. VW Combi warna merah ceri, mobil yang sesuai dengan impian kita dua belas tahun silam. Aku melihatmu dari jendela kamar, dengan gesit mengangkat koper berisi baju kita juga baju dua malaikat kecil kita ke bangku belakang. Gambar dari sini Tak berapa lama kemudian kau menyalakan mesin mobil, kembali ke dalam rumah. Aku berhenti mengamati tubuhmu yang menghilang di balik pintu, beranjak mendekati pintu dan berpapasan denganmu. Kau memegang kepalaku, mengecup keningku lima detik tanpa bicara kemudian menuju kamar anak-anak. Aku hanya tersenyum, dua belas tahun pernikahan kita, kebiasaanmu tak pernah berubah selalu mengusap kepalaku, mengecup keningku lima detik setiap kali kita berpapasan. Aku pernah memprotes kebiasaan ini, karena kau tak pernah mengenal tempat atau keadaan. “Kau kan istriku, terus aku harus sun kening siapa lagi kalau bukan kamu? Maudy

Unessential Note

detik ini, saat saya mengetik ini, saya menganggap bahwa menulis setiap hari di blog ini adalah sebuah kegilaan. ya, saya melakukan sebuah kesalahan dengan membuat program ini. ini benar-benar tidak membantu saya dalam hal apapun. sejak tadi pagi, saya sudah menulis beberapa artikel untuk diposting di sini. tetapi saya merasa tidak ada yang benar-benar bisa saya posting, kecuali tulisan ini. saya akhirnya sadar bahwa saya bukan orang yang biasa hidup di bawah tekanan atau deadline. saya tidak bisa menyelesaikan satu artikel pun sampai tahapan editing, hari ini. sekaligus saya tidak bisa melewatkan program ini. saya harus tetap menulis dan memposting tulisan hari ini. harus. jika tidak, besok lusa saya harus mengganti kebolosan saya hari ini. dan itu adalah masalah baru. membuat tulisan adalah satu masalah, dan melewati hari ini tanpa tulisan pun masalah yang lain lagi. saya akhirnya sadar tentang disiplin, kerja keras, daya tahan saya terhadap sebuah tekanan sangatlah lemah. saya mera

Film Tentang Menulis (Bagian 2)

Image
Ini adalah tulisan lanjutan dari Film Tentang Menulis (Bagian 1) . Kali ini saya ingin berbagai tentang film yang saya tonton beberapa hari terakhir, yaitu Midnight in Paris (2011) dan Adaptation (2002). Gambar dari sini . Midnight in Paris (2011) Saya pernah menyinggung tentang Midnight in Paris di sini . Ini adalah film romantic , comedy , fantasy . Bercerita tentang Gil Pender, seseorang yang sedang menulis sebuah novel dan berlibur dengan keluarga tunangannya ke Paris. Gil adalah seorang golden-age-thinking (anggapan bahwa periode waktu lain lebih baik dari pada saat ini). Dia tergila-gila dengan Paris pada tahun 1920 dikala hujan. Kemudian pada suatu malam, tepat setelah jam 12 malam dia terlempar ke dimensi waktu lain. Era 20-an!

Pencapaian Apa yang Ingin Kamu Raih Hingga Akhir Tahun Ini?

Image
"Sebutkan tiga pencapaian yang ingin Mpit raih sampai akhir tahun ini! Gausah ngomong ke aku, cukup sebutin dalam hati aja!" kembali, Lina Nurfadhila (temen kosan saya) mengajukan pertanyaan krusial kepada saya menjelang tidur. Saya diam sejenak. Lalu tertawa. "Hahaha apa yah?" Pencapaian? Lalu pikiran saya melambung ke bulan Desember, ngebayangin kalo selama tahun 2014 aku do nothing! Ga ada resolusi, ga ada perkembangan. I’m stuck here! Gambar unyu-unyu ini diambil dari sini "Oh ya! Reading Challenge . 50 buku buat tahun ini. Haha” Saya berseru lalu terkekeh. “Eh, terus apa lagi? Harus tiga yah?” "Satu juga gapapa. Tapi harus diusahain tercapai. Soalnya aku juga punya pencapaian yang ingin aku raih. Jadi kita bareng-bareng berjuang." Gini nih asiknya punya temen dengan pandangan hidup yang positif dan optimis. Saya yang santai-santai pun terpacu buat berjuang demi kehidupan yang lebih baik. Hehe Saya memutuskan untuk menentukan

Dilarang Membaca

Image
Judul yang provokatif bukan? Hehe... Sebenernya saya mau cerita tentang pengalaman saya yang pernah dilarang membaca buku. Sepanjang ingatan saya sih baru ada dua orang yang pernah jengah melihat saya yang dikit-dikit buka buku, tidur ditemenin buku, lagi nyapu diem dulu gara-gara nemu potongan koran di lantai, dsb. Kali-kali pasang foto sendiri, jangan dari google terus ah :p Orang yang pernah ngelarang saya baca buku tuh Eni (alm nenek). Waktu SMA saya tinggal bersama Eni dan Engki (panggilan saya buat nenek dan kakek dari ayah). Tepatnya sih beliau melarang saya membaca buku selain buku pelajaran. Jadi saya gak bisa baca novel, majalah apalagi komik, di depan beliau. Yah, karena saya nakal dan lungguh tutut [1] , saya tidak bisa menahan diri untuk tidak membaca novel. Jadi saya suka meneyelundupkan beberapa buku selain buku pelajaran ke kamar, lalu diam-diam membacanya. Yang paling aman sih membaca buku di sekolah, bisa di kelas atau di perpustakaan. Saya tidak mene

Kebermanfaatan (Sisa Obrolan Menjelang Tidur)

Saat bangun tidur pagi ini, rasanya ada benang kusut di kepala saya. Memang dari dulu ada sih, tapi rasanya semakin semerawut saja. Maka saya mencoba mengurainya dengan menuangkannya dalam tulisan ini. Lalu saya mulai mengurut apa yang semalam saya lakukan, atau obrolkan bersama seseorang. Oh mungkin karena obrolan menjelang tidur saya dan rekan sekamar, Lina Nurfadhila . Kami berbincang tentang "kebermanfaatan". Fokus tema obrolan kami tentang pekerjaan tetapi pikiran saya melambung terlalu jauh pada seluruh aspek kehidupan. Saya mulai dengan hal-hal kecil yang rutin saya lakukan tiap pagi, diantaranya blogging . Mau dibawa kemana blog saya ini? Apakah blog ini bermanfaat? Bagi saya iya, ini semacam pelepasan unek-unek yang tidak sempat atau memang tidak bisa saya ceritakan kepada orang lain. Tapi apakah ini bermanfaat buat para pengunjung?

Kota dan Aktivitas Berkesenian

Image
Museum Louvre , Perancis   Paris, tempat terindah untuk penulis dan seniman. -Adriana dalam Midnight in Paris Midnight in Paris bercerita tentang seseorang yang sedang menulis novel. Namanya Gil Pender. Gil mengagumi Paris terutama saat hujan dan menurutnya masa terbaik Paris adalah era 20-an. Hingga suatu malam, dia menembus dimensi waktu dan berada di era 20-an. Tiga menit pertama dari film ini dihabiskan untuk mengeksplor keindahan Paris sebagai pusat seni dunia. Prancis adalah negara yang subur dengan aktivitas berkesenian di bidang sastra, musik, fashion, hingga seni rupa. Saat Gil masuk ke era 20-an dia bertemu dengan penulis dan seniman dari negara lain, seolah ingin mengukuhkan pandangan tentang kota Paris yang menjadi magnet bagi seniman dunia untuk tinggal di sana. Gil berkenalan dengan Scott Fizgerald, Ernest Hemingway, Gertrude Stein, yang semuanya adalah orang Amerika yang memutuskan tinggal di Paris.

Membunuh Impian

Image
Quote from Robert H. Schuller Dare to dream! Beranilah bermimpi! Itu adalah kalimat yang selalu kau rapal sejak dulu, saat semua hal menurutmu masih terasa mungkin. Karena bagimu bermimpi pun membutuhkan keberanian. Keberanian untuk mengangkat dagu dihadapan kekurangan. Keberanian untuk melangkah, melompat dan berlari demi setiap pengharapan. Bahkan keberanian untuk sekedar mengakuinya pada diri sendiri. Kau adalah seorang penakut kecuali untuk satu hal, bermimpi. Kau selalu ingat apa yang dikatakan penulis kesenanganmu dalam salah satu tulisannya "Orang seperti kita akan mati jika tidak berani bermimpi." Hingga pada akhirnya waktu yang akan menguji, bukan sepintar apa engkau, bukan sehebat apa engkau tetapi sekuat apa kau mampu bertahan!

Apa yang Seharusnya Dilakukan Saat Belajar Menulis?

Image
Peratanyaan ini kerap menggelanyut di pikiran saya, setelah sebelumnya saya mendefinisikan kenapa saya menulis dan ingin menjadi penulis . Tentunya ada tahapan berikutnya untuk merealisasikannya. Apa langkah selanjutnya itu? Tentu saja selain menulis itu sendiri dan membaca banyak buku. Ini adalah hal klise yang diajarkan banyak orang, kalo ingin menjadi penulis ya harus menulis, kalo ingin memperbanyak ide untuk menulis banyak-banyaklah membaca. Tetapi kemudian pandangan tersebut berubah saat saya menemukan tulisan Eka Kurniawan   di sini dan Noor H. Dee di sini . Eka mengatakan bahwa, hal yang seharusnya pertama kali diajarkan di kelas-kelas menulis adalah pelajaran berpikir. Bukankah pada dasarnya menulis merupakan perwujudan apa yang ada di dalam kepala kita ke dalam bentuk tulisan? Jika hasilnya ingin baik, maka perbaiki lebih dulu apa yang ada di dalam kepala. Jika ingin menjadi penulis yang baik, pertama-tama jadilah pemikir yang baik. Dalam menulis, kemam