Posts

Showing posts from June, 2014

Seperti Dendam, Mendaki Gunung Pun Harus Dituntaskan (Bagian 1)

Image
Foto: Dokumentasi pribadi “Mau apa naik gunung?” Orangtuaku selalu bertanya demikian setiap kali aku meminta izin untuk naik gunung. Dulu, setahun yang lalu mungkin, aku memberikan jawaban begini, "Pengen belajar dari alam." Dan orang tuaku menjawab "Emang gak bisa belajar selain dari alam?" Aku pun diam. Beberapa waktu lalu, saat hendak naik gunung, aku meminta izin orangtua. Aku kembali dihadapkan pada pertanyaan, untuk apa naik gunung? Lalu kujawab "Pengen liat edelweiss." Kali ini giliran orangtuaku yang diam. Mengiyakan. Sekalipun entah bakal liat edelweiss atau enggak, masalahnya, edelweiss cuman bisa tumbuh di puncak gunung, itupun dengan ketinggian tertentu, dengan kondisi tanah tertentu dan PH tertentu. Yes! Terkadang orangtua butuh jawaban realistis, bukan jawaban filosofis.

Perihal Perempuan dengan Lubang Menganga di Dadanya

Oleh: Nufira Stalwart Seperti perempuan lain, perempuan ini terlahir dengan sempurna. Tentang dua tangan dan kaki, lengkap dengan jemari. Tentang bibir merah mungil dengan tangis melengking. Pun tentang dua matanya, mata yang kelak akan membuat siapapun merasa jatuh cinta. Demikianlah, lubang yang kini menganga di dadanya pun tersebab cinta. Sebab semua luka bermula. Sebab segala tangis menjadi muara. Sebab dadanya hanya sebilah dada perempuan. Di bilahannya berjejalan pecahan cerita. Desah napas putus asa. Kan kau temukan juga setumpuk potret lelaki, yang pernah datang dan pergi.

Hanya Isyarat [Rectoverso]

Image
Aku mulai berkisah, tentang satu sahabatku yang lahir di negeri orang, lalu menjalani kehidupan keluarga imigran yang sederhana. Setiap kali ibunya hendak menghidangkan daging ayam sebagai lauk, ibunya pergi ke pasar untuk membeli bagian punggungnya saja. Hanya itu yang mampu ibunya beli. Sahabatku pun beranjak besar tanpa tahu bahwa ayam memiliki bagian lain selain punggung. Ia tidak tahu ada paha, dada, atau sayap. Punggung menjadi satu-satunya definisi yang ia punya tentang ayam. Aku meghela napas. Kisah ini terasa semakin berat membebani lidah. Aku sampai di bagian bahwa aku telah jatuh cinta. Namun orang itu hanya mampu kugapai sebatas punggungnya saja. Seseorang yang cuma sanggup kuhayati bayangannya dan tak akan pernah kumiliki keutuhannya. Seseorang yang hadir sekelebat bagai bintang jatuh yang lenyap keluar dari bingkai mata sebelum tangan ini sanggup mengejar. Seseorang yang hanya bisa kukirimi isyarat sehalus udara, langit, awan, atau hujan. Seseorang yang selamanya haru