Lepaskanlah! [Season 1]

“Sudah kukatakan berulang kali, aku tak bisa”

“Tolonglah demi cinta yang lama menderaku, demi rindu yang menyayat malam-malamku, demi impian yang pernah kita ukir dulu."

“Tapi maaf semua telah selesai, sudah kukatakn sejak lama. Jangan pernah mengharapkanku lagi."

"Kenapa kamu tetap sekeras ini ? Tolong katakan kenapa kau sekejam ini padaku ?"

"Itu kan katamu. Kuharap kau mengerti. Aku tak ingin mengikatmu terus menerus dengan belenggu cinta yang sia-sia."

“Sia-sia kau bilang? Kenapa kau tak pernah percaya?”

“Tak ada lagi yang bisa kukatakan, semuanya sudah terleburkan, hanya masalah waktu juga kehadiran ‘dia’ akan mengikis segalanya.”

“Kau kira berapa lama aku menunggumu sekedar lebih longgar pada hubungan kita. Bukan dalam waktu yang singkat.  Aku telah mencapai stadium tinggi kekeraskepalaanku. Tapi kau tak pernah mengerti.”

“Cukup!!! Kau pikir aku tak sakit menahan ini semua? Aku lelah menangis, aku bosan menyebut namamu dalam doa-doaku, aku melukis wajahmu di langit-lagit hariku, aku menulis namamu di dinding-dinding igauanku, aku menuangkan berbarel-barel rindu di telaga lamunanku, kau tak pernah tau bukan? Aku kehilangan cara untuk melupakan bening dan pijar matamu. tapi aku tak pernah menemukan cara untuk membuatmu bahagia selain melepaskanmu. Kau berhak untuk kehidupan yang lebih bahagia, lebih menjanjikan, lebih kau inginkan. Berhenti menyimpan namaku di malam-malam sunyimu, kau tahu itu cukup membuatku tergugu dan mulai menangis tanpa tau apa penyebabnya. Jadi pergilah... anggap aku tak pernah menyentuh hidupmu.”

“..........................................”






Comments

Popular posts from this blog

Yang Terbaik Bagimu* (Puisi untuk Ayah)

Hanya Isyarat [Rectoverso]

5 Upaya agar Bisa Konsisten Ngeblog

Dapet Kerjaan Gara-gara Ngeblog

Seni Membuang Barang [Edisi Pakaian]

Tamasya Ingatan (Sebuah Surat untuk Fathia Mohaddisa)