Kenduri Luka
I
Ada yang belum
selesai dirayakan.
Sejak kita
bersama menghitung bulir hujan.
Sejak matamu
bergumam mesra.
Atau ujung
jemarimu berbicara rindu.
II
Sebab semua kata
lesap,
sebelum mentari
menguapkannya ke udara.
Di ujung gang
pengap,
lembab seperti
pertemuan kita,
seperti luka
yang menari-nari,
pada suara
paling sunyi.
III
Apalagi yang kau
tunggu?
Cangkir-cangkir
telah luap,
dengan air mata.
Kepala telah
gema dengan tangis lirih,
musik paling
sempurna mengiringi tarian,
menyeret kaki
menjejaki kenangan,
paling kelam, paling
gelap, paling sendu.
Dan langit telah
gemerlap ditaburi bening bola matamu.
Tak perlu
khawatir denting dua belas kali,
kenduri luka, takan usai seketika.
Comments
Post a Comment