Personal Journal - Random Bookish - Minimalist Lifestyle
Tetes Diorama Terakhir (Litera.co.id, 5 Juni 2017)
Get link
Facebook
X
Pinterest
Email
Other Apps
Cerpen saya berjudul Tetes Diorama Terakhir dimuat di Litera.co.id, majalah online yang memuat berita dan tulisan sastra kontemporer. Cek tulisan selengkapnya di sini.
Identitas Buku Judul: Bulan Merah Penulis: Gin Teguh Penerbit: Qanita (Mizan Group) Tahun Terbit: 2014 Jumlah halaman: 256 Halaman Novel ini bercerita tentang sekelompok anak muda yang berjuang untuk kemerdekaan lewat musik keroncong. Pertunjukan yang mereka lakukan bukanlah pertunjukan biasa karena selalu digelar tiba-tiba, pertunjukkan selalu disisipi lagu yang liriknya tak dikenal orang. Sebab sebenarnya ada lirik-lirik berisi pesan rahasia yang ingin disampaikan kepada para penerima. Pesan-pesan rahasia itu kemudian akan berbalas dengan pesan-pesan rahasia lainnya. Semua terjadi begitu cepatnya. Harus cepat, sebelum patroli kolonial Belanda datang dan membubarkan pertunjukan.
Sekalipun perempuan itu selalu mengaku aku adalah teman baiknya, sebenarnya dia tak terlalu ramah padaku. Sekali waktu dia menyapaku, di lain waktu dia sama sekali tak mengacuhkanku. Yah, sekalipun setiap hari kami bersinggungan. Seperti orang lain yang pernah kukenal sebelumnya. Mereka kerap melakukan sesuatu atau menghindari sesuatu hanya ketika ingin. Mereka mengistilahkannya dengan sebutan “mood”. Haa aku tak habis pikir. Bahkan untuk sekedar menyapa atau ngobrol ringan, basa-basi sekalipun, harus diatur oleh makhluk bernama “mood”. Gambar dari sini
"There is nothing noble in being superior to your fellow man, true nobility is being superior to your former self." - Ernest Hemingway Pada suatu sore di hari Minggu, setelah makan siang bersama seorang teman , dia melanjutkan dengan meminum kopi dan saya menyeduh segelas teh . (Ini memang bukan kebiasaan yang sehat, tapi bagi kami, kebiasaan ini menyenangkan!) Selanjutnya sudah bisa ditebak, kami terlibat dalam sebuah p erbincan gan . Perbincangan random dari satu hal menuju hal lainnya. Dari seputar film sampai buku -buku yang baru saja sama-sama kami baca. Hingga topik tentang orang lain pun sempat nyempil di antara obrolan kami. Saya bercerita tentang beberapa orang teman dan pencapaian-pencapain yang telah mereka raih. Kami sama-sama sepakat, sekali waktu kerap merasa iri dengan apa yang orang lain raih. Sekalipun tentu kita tak pernah tahu usaha berdarah-darah seperti apa yang telah mereka lewati untuk mendapatkan semua itu. “Terlebih ketika or
Comments
Post a Comment