What I Talk About, When I Talk About Reading*



You don't need to read more books, all you need is to be more wise.


Damn, kenapa saya harus menemukan kalimat ini dalam salah satu video motivasi Revolution Hive? Satu kalimat ini yang pada akhirnya sedikit banyak mengubah pola pikir saya tentang membaca. 

Beberapa tahun yang lalu, saya sempat menjadi predator buku (bukan hanya kutu buku tapi predator). Saya mendedikasikan sebagian besar waktu saya untuk membaca buku, saya membaca buku di mana saja. Di perpustakaan, di atas tempat tidur, di toko buku hingga di dalam angkutan umum. Saya membaca semua genre buku yang bisa saya temukan. 

Sampai akhirnya seseorang pernah berkata bahwa semakin banyak kita membaca, semakin sulit kita terhibur dengan bacaan. Saya mafhum dan sepakat. Karena saya yakin, semakin banyak saya membaca, bacaan saya semakin bertumbuh. 

Akhirnya, saya pun mulai memilih-milih bacaan. Saya tiba-tiba jadi sok selektif, anti dengan beberapa genre dan mengidolakan beberapa penulis dengan genre tertentu. Sekalipun pada akhirnya, buku yang saya koleksi dan saya baca terkadang tak begitu saya pahami. Sampai-sampai untuk membuat review pun saya kesulitan. Saking tingginya level bacaan saya dan betapa dangkalnya pemikiran saya. Menyedihkan, bukan?

Kemudian, tanpa sengaja saya menemukan kalimat di atas dan persepsi saya berubah. Saya memutuskan bahwa kuantitas tak lagi jadi masalah. Yang terpenting, apakah bacaan bisa membuat saya lebih bijak? Saya pun tidak melulu berpikir bahwa membaca bisa menjadi jalan paling pintas menuju pendewasaan. Bahwa hal yang lain pun, misalnya membaca kehidupan, bisa lebih memberikan kebijaksanaan. 

Sekalipun begitu, membaca memang tidak melulu demi mencari kebijaksanaan hidup, tetapi juga menjadi semacam penghiburan. Bagi orang tertentu membaca buku bisa menjadi tamasya yang menyegarkan. Barangkali itu juga yang saya rasakan.

Bentuk tamasya yang saya nikmati bisa berupa membaca buku yang menarik, baik buku baru ataupun buku yang telah dibaca. Beberapa waktu lalu, saya memutuskan untuk membaca ulang The Giver, Lois Lowry. Untuk beberapa alasan saya begitu menganggap ini adalah buku yang luhur. Pertama, karena buku itu terhitung buku lama. Kedua, karena Veronica Roth (Penulis Trilogi Divergent) juga membaca buku ini. Yang berarti, buku ini begitu berpengaruh terhadap buku kontemporer dengan genre sejenis. 

Dengan membaca ulang sebuah buku, saya bisa menemukan detail yang telah saya lupakan atau pelajaran-pelajaran yang saya lewatkan. Dengan penuh pengharapan, semoga (seperti halnya peran Penerima dalam buku tersebut) bisa memberikan saya kebijaksanaan. 





*Menuliskan judul ini sambil terkenang dengan memoar Murakami berjudul What I Talk About When I Talk About Running. Saya juga pernah menulis dengan judul sejenis di sini.

Comments


  1. "Sampai akhirnya seseorang pernah berkata bahwa semakin banyak kita membaca, semakin sulit kita terhibur dengan bacaan. Saya mafhum dan sepakat. Karena saya yakin, semakin banyak saya membaca, bacaan saya semakin bertumbuh."

    Ngerasa gini juga. Hiks :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekalinya nemu buku bagus rasanya pengen jingkrak-jingkrak :D

      Delete
  2. "Dengan membaca ulang sebuah buku, saya bisa menemukan detail yang telah saya lupakan atau pelajaran-pelajaran yang saya lewatkan. Dengan penuh pengharapan, semoga (seperti halnya peran Penerima dalam buku tersebut) bisa memberikan saya kebijaksanaan."

    Saya setuju dengan pernyataan ini, bahkan berulang-ulang membaca buku bisa menjadi reminder dan mengerti tentang pesan-pesan yang ingin disampaikan penulis.

    ReplyDelete
    Replies
    1. www.damargumilar.com

      Salam kenal ya Kak

      Delete
    2. Yup betul. Dulu mikirnya baca ulang buku itu wasting time. Tapi setelah dicoba, baru sadar, betapa banyak detail yang saya lupakan.

      Makasih sudah mampir. Siap berkunjung :)

      Delete
  3. Kesempatan membaca kadang kalah oleh malas heee

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha iya saya jadi nanya ke diri sendiri, apakah beralibi nyari kualitas daripada kuantitas atau memang malas baca aja :D

      Delete
  4. Dan sy seperti mbak Titin..Kesempatan membaca dikalahkan oleh rasa malas...Hihihi..Unt saat ini membaca bagi sy adalah tamasya jiwa.. yg dgnx sy bs menemukan hiburan ato cr pandangan yg baru..Salam kenal

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya betul, Mbak... Salam kenal juga. Makasih sudah mampir :)

      Delete
  5. Saya sepakat, membaca ulang membuat lebih mengerti dan lebih ngeh soal detai dari buku

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dan kadang-kadang saya nemu detail yang saya rasa nggak ditemukan pas pertama kali baca XD

      Efek baca ngebut...

      Delete
  6. mantap... jadi inspirasi buat rajin baca buku lagiiii

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah.. seneng dengernya. Makasih sudah berkunjung :)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Yang Terbaik Bagimu* (Puisi untuk Ayah)

Hanya Isyarat [Rectoverso]

5 Upaya agar Bisa Konsisten Ngeblog

Dapet Kerjaan Gara-gara Ngeblog

Seni Membuang Barang [Edisi Pakaian]

Tamasya Ingatan (Sebuah Surat untuk Fathia Mohaddisa)