Senja Tengah Terluka
Senja tengah
terluka. Bunga bugenvil tengadah dan nampak muram, sedang paku-paku air hujan
menusuk-nusuk tak tertahankan. Para penjaja air mata dalam cangkir-cangkir
tembus pandang, berderet sepanjang jalan Braga. Pelancong dan penyair menahan
geram, mengumpat serta mengutuk pelaku yang telah melukai senja. Hingga senja
enggan menghadiri perayaan langit sebagaimana semestinya. Membuat cakrawala
dibius hampa dan meresahkan siapa saja yang memandangnya.
Pada jari-jari semesta.
Senja merintih, memejamkan mata dengan air asin simbah di tubuhnya.
Dalam pelukannya, seorang gadis terkapar, berdarah dengan lubang menganga di
dadanya. Sesekali bibir gadis itu mendesis dengan napas tersengal. Mencari
sisa-sisa kekuatan dari sorot mata senja yang tengah mendekapnya.
“Tak ada yang akan
benar-benar meninggalkanmu.” lantang senja berujar hingga memecahkan gendang
telinga seorang pemuda yang tersungkur di jarak ribuan tahun cahaya.
***
Diikutsertakan dalam tantangan @KampusFiksi #FiksiLaguku 123 kata. Tulisan ini terinspirasi dari lagu Fiersa Besari
berjudul Nona Senja.
Comments
Post a Comment