Godaan Pertengahan Tahun

Melewati satu bulan tanpa ngeblog rasanya ada yang kurang. Perasaan tidak enak muncul melebihi perasaan tak enaknya menyelesaikan sebuah postingan. Ya, rasanya tidak enak memaksakan diri memposting tulisan yang masih berantakan secara konten atau tata bahasa. Tetapi ternyata lama tidak ngeblog pun rasanya tidak enak. Kemana saja saya selama dua bulan terakhir?

Inilah beberapa alasan yang saya buat sebagai excuse. Dua bulan terakhir saya mendapatkan pekerjaan baru di sebuah online shop yang lumayan berkembang. Saya menghabiskan banyak waktu untuk beradaptasi dengan hal yang terbilang baru dan otomatis banyak hal yang harus saya pelajari. Hasil pembelajaran saya aplikasikan dalam pekerjaan untuk kemudian saya aplikasikan juga sedikit-sedikit di toko buku online yang sedang saya rintis.

Oya, kini saya juga mengurus sebuah toko buku online. Masih baru, masih pusing ngurusin masalah sistem dan teknis. Saya belum menyeriusi usaha ini. Targetnya tiga bulan pertama jalan dulu, orang tahu dulu dan dirasain dulu suka dukanya mengelola usaha online. Setelah tiga bulan, barulah saya akan mencoba lebih serius.

Apakah selama itu saya tidak mampu ngeblog. Lebih tepatnya tidak menulis?

Beberapa tulisan yang masih berupa draft.
Saya tetap menulis. Bahkan kini lebih rutin. Saya meluangkan setidaknya 30 menit setiap hari untuk menulis. Bisa di pagi hari sebelum berangkat kerja atau malam hari setelah menuntaskan pekerjaan. Saya senang ketika tubuh saya memiliki alarm jika saya belum menulis. Tiba-tiba muncul semacam perasaan gelisah atau dikejar sebuah hutang yang harus ditunaikan.

Sayangnya, kebanyakan tulisan saya tidak selesai sampai tahap editing. Semuanya numpuk di sebuah folder draft. Rasa-rasanya selalu belum tepat untuk memposting itu semua, baik karena secara konten belum matang atau terlalu malas mengedit karena saat menulis saya melakukan freewriting. Artinya saya menulis bebas, tanpa memperhatikan EYD.

Malam ini, saya tiba-tiba tergugah untuk ngeblog sebab baru sadar sebentar lagi bulan Juli. Ya, karena alasan sesederhana itu!

April, Juli dan November adalah bulan-bulan dilangsungnkannya Camp-NaNoWriMo (April & Juli) dan NaNoWriMo (November). Saya sudah mencadangkan bahwa jika saya harus menulis novel, maka bulan yang saya targetkan adalah bulan November. Setidaknya dalam setahun, saya akan menulis draft satu novel di bulan November. November tahun lalu saya berhasil menuntaskan 50.000 kata, maka saya pun harus bisa menjadi pemenang kembali di tahun-tahun selanjutnya. Ada beberapa alasan mengapa saya ingin menulis novel hanya di bulan November. Mungkin lain kali saya akan berbagi di sini. Sedangkan saat Camp, tidak ada keharusan untuk menulis novel, jadi saya bisa menyelesaikan kumpulan cerpen, jurnal, review, apapun.

Nah, seperti inilah yang saya lakukan setiap hari, menulis random apapun yang saya pikirkan. Sebatas untuk menjaga kewarasan. Dan tentu saja saya mengimbanginnya dengan banyak membaca. Oya ada delapan buku yang sedang mengantri untuk saya baca padahal seharusnya saya selesaikan dua bulan yang lalu.

"Mungkin ini godaan pertengahan tahun kali ya."

Semacam pembelaan yang saya ucapkan dalam hati. Jika awal tahun selalu menjadi waktu yang penuh semangat dengan resolusi dan tantangan yang ingin diselesaikan selama setahun. Begitu juga dengan akhir tahun. Ini menjadi saat mengingat-ingat kembali resolusi pas awal tahun dan tancap gas untuk menyelesaikannya karena tak ingin melewatkan tahun itu dengan tantangan-tantangan yang terabaikan.

Maka di sinilah, di titik tengah tahun yang sedang malas-malasnya ini saya berada. Sedang terpuruk sendirian dan mencoba keluar dari keaadaan (ini lebay!). Maka acara semacam Camp-NaNoWriMo ini penting banget. Ini semacam momentum yang harus saya sambut with an open arm. Terlebih ini Ramadahan. Sudah seharusnya saya mengenyahkan segala kemalasan. 

(masih di) Bandung, Juni 2015

Comments

Popular posts from this blog

Yang Terbaik Bagimu* (Puisi untuk Ayah)

Hanya Isyarat [Rectoverso]

5 Upaya agar Bisa Konsisten Ngeblog

Dapet Kerjaan Gara-gara Ngeblog

Seni Membuang Barang [Edisi Pakaian]

Tamasya Ingatan (Sebuah Surat untuk Fathia Mohaddisa)