Seperti Apakah Saya Sepuluh Tahun ke Depan?

If you want something you never had,
you have to do something you've never done.
— Thomas Jefferson


Dalam bincang buku yang diadakan di Kineruku seminggu yang lalu, ada yang bertanya mengenai nasib Raden Mandasia sepuluh tahun ke depan. Apakah ada rencana diterbitkan di luar ataukah akan ada Raden Mandasia 2 dan 3 yang tentu saja akan sangat tidak lucu. Ya, harapan-harapan semacam diterbitkan di luar diakui penulisnya memang ada.

Lalu, saya bertanya tentang diri saya sendiri, seperti apakah saya sepuluh tahun mendatang?

Sepuluh tahun mendatang saya berusia 36, itu sudah jelas. Mungkin sudah menikah dan memiliki anak, itupun jika ada yang sudi menjadikan perempuan aneh macam saya menjadi istrinya. Tentu saja selain itu saya memiliki impian muluk-muluk semacam: menghatamkan buku-buku Murakami, Marquez, dan kanon-kanon kesusastraan dunia lainnya. Lalu, menulis beberapa cerpen yang dimuat di media dan dikumpulkan dalam antologi.  Kemudian, menerjemahkan beberapa tulisan kesukaan saya.

Benar-benar muluk-muluk dan hayalan tingkat tinggi.

Mengingat apa yang saya lakukan saat ini, saya merasa pesimis melihat masa depan. Hal yang paling memungkinkan, saya hanya akan menjadi manusia yang punya hobi luntang lantung nggak jelas dan muak dengan kehidupan. Lalu bosan dan tak pernah melakukan apa-apa, persis seperti saat ini. Lalu tak ada seorang pria pun yang tergugah untuk menyelamatkan saya dari status jomblo seumur hidup dan saya tetap tidak menjadi pembaca yang baik, penulis yang baik apalagi penerjemah yang baik.

Kalaupun saya menikah, saya hanya akan menjadi istri yang moody, ibu yang selebor, tetangga yang tak nyaman diajak berbincang. Saya hanya akan sering tiduran lalu menatap langit atau langit-langit kamar, sambil bertanya tentang untuk apa semua ini. Lalu kembali menumbuhkan impian muluk-muluk untuk kemudian mematakannya saat itu juga.

Itupun kalau saya masih hidup.

Kalau ternyata saya keburu mati sebelum usia 36, barangkali jasad saya sudah menyatu dengan tanah sebelum saya memahami tentang apa yang harus saya lakukan di dunia ini selain menjalani rutinitas membosankan.

Memikirkan hal ini tiba-tiba kepala saya berat.

Seketika itu, saya ingin melakukan sesuatu yang benar-benar saya inginkan atau seharusnya saya lakukan. Sekalipun sesederhana menuliskan pikiran-pikiran liar saya di notepad kemudian mempostingnya di blog. Dan yang terpenting,  menyimpan impian muluk untuk melakukan hal sederhana lainnya untuk meraih impian muluk-muluk saya lainnya. Itu saja.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Yang Terbaik Bagimu* (Puisi untuk Ayah)

Hanya Isyarat [Rectoverso]

5 Upaya agar Bisa Konsisten Ngeblog

Dapet Kerjaan Gara-gara Ngeblog

Seni Membuang Barang [Edisi Pakaian]

Tamasya Ingatan (Sebuah Surat untuk Fathia Mohaddisa)