Teman Seumur Hidup

"Kamu sudah berhenti terlihat seperti alien dan menjadi penghuni bumi yang baik," kataku suatu hari.

Kamu menyambut kalimatku dengan muram dan menganggap bahwa ini sebuah ejekan. Percayalah, bahwa ini sebuah pujian. Aku justru kagum dengan perkembanganmu yang melesat. Aku kerap bertanya-tanya buku apa yang kamu baca, dengan siapa kamu ngobrol dan pelajaran apa yang semesta berikan padamu? Atau justru waktu itu memang sudah terlalu lama aku tidak menyapamu dan ada semacam sekat di antara kita, hingga kita kembali menjadi dua orang yang lupa cara mengenali satu sama lain.

Lihatlah dirimu sekarang! Citra pemarah, heartless, selfish dan sporadis sudah lenyap dari pandanganku digantikan dengan sosok yang lebih kalem dan bijak. Apa karena kamu sering melontarkan kata-kata mutiara di dinding media sosialmu? Aku juga lebih sering mengingat kata-kata bijakmu ketimbang kata-katamu yang mudah menyakiti.

Apa kamu ingat, beberapa tahun lalu aku mengadu padamu, meminta pembelaan. Aku bilang bahwa aku menangis di angkutan umum. Seperti yang kukira, kamu langsung memintaku untuk segera pulang, mengunci diri di kamar.

"Jangan tunjukkan kelemahanmu di depan orang lain! Jangan kasih kesempatan orang lain menghancurkanmu!"

Selalu, kalimatmu itu menjadi petuah nomor satu yang kuamini.

Tetapi saat itu, aku memang tidak bisa membendung air mata. Aku bilang, aku juga ingin dibela.

"Aku bakal ngebelain kamu, apapun posisimu. Bagiku, kamu sudah lebih dari saudara."

Aku terperangah dengan kalimatmu. Tiba-tiba aku bisa menenangkan diriku dan berhenti menangis. Itulah kamu, orang yang selalu bisa berkata apapun tanpa perlu tahu masalah apa yang kuhadapi. Bagimu tentu saja hanya aku sendiri yang bisa menyelesaikan masalah teknis. Sedangkan kamu, kamu yang paling bisa menyelesaikan masalah psikologisku.

Seperti seorang anak kecil yang penasaran, aku ingin bertanya. Ketika kita tidak boleh menunjukkan kekurangan, apa kita juga tidak boleh menunjukkan kelebihan?

"Tunjukkanlah kelebihanmu, biar orang mikir seribu kali buat ngejatuhin kamu. Kamu tahu kenapa orang dikagumi? Kenapa orang diremehkan? Dan kenapa mereka dikenang?"

Spontan aku menggeleng. Pada detik itu aku lupa bahwa kamu tidak ada di hadapanku, kalimat itu hanya muncul di layar handphone.

"Orang disegani karena kemahirannya, dikagumi karena selalu memberikan surprise, diremehkan karena tidak bisa apa-apa dan sok serba bisa, dilupakan karena tidak berkontribusi apa-apa untuk orang lain."

Entah dari mana kamu mendapatkan kalimat sebagus itu. Tapi, begitulah... bagiku kamu adalah kumpulan kata mutiara berjalan. Beberapa aku jadikan pegangan, sisanya lebih banyak lagi yang kulupakan sebab keterbatasan ingatan.


Masa-masa itu telah berlalu, tetapi aku selalu senang mengulang-ngulang cerita bagaimana kamu selalu berada di pihakku. Kita saling menguatkan pada masa-masa sulit. Kini, saat kita bersama dan hari ini genap satu bulan pernikahan kita, masih ada perasaan tak percaya. Perasaan tak percaya yang selalu diiringi dengan rasa syukur. Aku berterima kasih kepada Tuhan karena telah memilihkan kamu menjadi teman-seumur-hidupku.

Comments

  1. Ih..suka sama kalimat mutiarax... seseorg d segani Krn kemahiran, d Kagumi Krn sering memberikan kan surprise, d remehkan Krn tdk bs apa apa, dan d lupakan Krn tdk membr kan kontribusi bt org lain.. Hem, skrg sy baru sadar knp sy sering d lupakan.. mgkn Krn sy jarang Skali membr kan kontribusi apa apa bt org lain.. btw selamat bt anniversari pernikahan x.. smoga langgeng terus sampe Kakek nenek

    ReplyDelete
  2. Mba Mpit, tulisanmu ini bikin kretek-kretek hati jomblo sejati macam dirikuh~

    Hahaha xD

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wakakaka semoga segera dipertemukan dengan jodoh sehidup sesurga ya, Fa :D

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Yang Terbaik Bagimu* (Puisi untuk Ayah)

Hanya Isyarat [Rectoverso]

5 Upaya agar Bisa Konsisten Ngeblog

Dapet Kerjaan Gara-gara Ngeblog

Seni Membuang Barang [Edisi Pakaian]

Tamasya Ingatan (Sebuah Surat untuk Fathia Mohaddisa)