Dare to Dream, and Dare to Make Your Dream Come True (Majalah Janna, Desember 2012)

(Menemukan tulisan lama yang isinya sok-sokan ini di blog BEM FEB UNSOED. Diposting tanggal 6 September 2013 :D Sebagian isinya telah saya edit, versi asli cek di sini.)

***

“Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu.” [Arai]

Yups, tidak semua mimpi datang saat tidur. Mimpi juga datang ketika terjaga. Kenapa butuh keberanian untuk bermimpi? Karena ternyata banyak orang di luaran sana takut bermimpi yang tinggi, karena tidak percaya diri lah, pesimis lah, atau takut diledek sebagai pemimpi. Lha emang Weight bersaudara tidak bermimpi dulu sebelum menerbangkan manusia? Begitu juga Edmun Hillary yang menaklukan Mount Everest. Atau Daniel Mahendra yang berhasil mengunjungi Tibet dalam bukunya Perjalanan ke Atap Dunia. Mereka itu para pemimpi!

Lagian mimpi itu gratis kok. Tinggal kita berani atau tidak untuk menetapkan impian kita. Jika sudah terlintas maka tuliskanlah atau ungkapkan pada orang lain. Paulo Coelho bilang, when you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it. itulah yang disebut Law of Attraction. So, jangan khawatir, karena banyak yang akan membantu membawamu mewujudkan impian-impian itu.

Setelah kamu menuliskan dan menyugesti dirimu (afirmasi) bahwa kamu akam meraih impian-impian itu. Maka wujudkanlah! Take action man, take action! Jangan cuman omdo alias omong doang, tapi harus ada bukti nyata usaha kita menuju ke arah impian itu. Misal nih, kamu bermimpi jadi penulis, maka mulailah dengan nulis hal-hal kecil yang kamu temui dalam kehidupan sehari-hari. Jangan cuman baca teorinya aja, kan nggak lucu misalnya kita ingin bisa berenang, tapi cuman baca petunjuknya aja tanpa nyemplung ke air. Begitu juga dengan menulis.

Impian lain pun sama, butuh usaha konsisten untuk menuju kesana. Baca deh buku-buku tentang orang-orang yang telah meraih mimpinya. Mereka memulai dengan menuliskannya, membicaraknnya pada orang lain dan selangkah demi selangkah mendekati impiannya.

[Nursaadah Fitriani, dalam Majalah Janna, edisi Desember 2012]

Comments

Popular posts from this blog

Yang Terbaik Bagimu* (Puisi untuk Ayah)

Hanya Isyarat [Rectoverso]

5 Upaya agar Bisa Konsisten Ngeblog

Dapet Kerjaan Gara-gara Ngeblog

Seni Membuang Barang [Edisi Pakaian]

Tamasya Ingatan (Sebuah Surat untuk Fathia Mohaddisa)