Moga Bunda Disayang Allah-tere-liye

Identitas Buku
Judul                : Moga Bunda Disayang Allah
Pengarang       : tere-liye
Penerbit          : Republika
Cetakan           : VI Februari 2010
Halaman         : v+247

Sinopsis
Diangkat dari salah satu kisah nyata paling mengharukan, ditulis kembali dari salah satu film terbaik sepanjang masa. Menghadirkan kenyataan lain dari sisi kehidupan umat manusia, keajaiban-keajaaiban yang terjadi tentu bukan tanpa campur tangan Sang Maha Kuasa. Membuka mata hati setiap yang membaca kisah ini, bahwa Tuhan Maha Adil, hanya saja kita terlalu ‘bebal’ dan ‘bodoh’ untuk mengerti.
Melati, gadis kecil berusia enam tahun, sangat menggemaskan, rambutnya ikal, pipinya tembem, bola matanya hitam seperti biji buah leci. Siapapun yang melihatnya, tak akan tahu bahwa dibalik sikapnya, ia tak merasakan apapun kecuali gelap, hitam, senyap.
Melati buta dan tuli(yang otomatis bisu), tak memiliki akses untuk melihat dunia luar, hari-harinya hanya gelap. Ia hanya mengelurkan raungan yang tak seorangpun memahaminya. Jauh di dalam dunianya ia menyimpan tanda tanya besar, ia ingin berinteraksi dengan dunia luarnya, tapi ia tak kunjung bisa melawati tembok besar yang menghalanginya selama tiga tahun terkahir ini. Ya, tiga tahun terakhir, karena sejak ia lahir sebagaimana umumnya bayi-bayi lain, hingga usianya beranjak tiga tahun ada kejadian yang merubah hidupnya secara keseluruhan. Lahir di tengah keluarga kaya dan terpandang, dia adalah mutiara yang menggenapkan seluruh kebahagiaan keluarga besarnya.
Arti penting sebuah kesabaran yang dipegang kukuh oleh Bunda, ibunda yang melahirkan Melati, sekaligus merasa tak berdaya menahan pukulan keras yang menimpanya karena kecacatan yang dialami Melati. Kesabaran yang tak pernah berujung, ah bukankah ujung kesabaran adalah ketidak sabaran, maka ia tak pernah membiarkan kesabarannya terhenti.
Bersama Karang, Melati diajari untuk mengenali dunia dengan cara yang berbeda.
Karang, seorang pemuda yang menyimpan luka masa lalu tak terobati dan takan pernah terobati, tersadarkan kembali dari mimpi-mimpi buruknya lewat perantara gadis kecil itu. Ia yang telah kehilangan nafas kehidupannya sejak tiga tahun terakhir karena sebuah kecelakaan yang tidak hanya merenggut nyawa Qintan dan 17 anak lainnya, tapi juga merenggut tawa dan jiwanya.
Karang tak pernah berhenti berusaha mengajari Melati dengan berbagai cara yang akhinya gagal hingga menemukan cara yang paling tepat untuk membuat Melati melihat tanpa mata, mendengar tanpa telinga, dan melakukan banyak hal yang tak bisa dilakukan oleh orang lain yang diberikan kesempurnaan fisik.
Moga Bunda Disayang Allah, novel yang menguras air mata, mengobrak abrik emosi, sekaligus menyadarkan setiap orang yang membacanya untuk bersyukur atas segala nikmat yang telah dikaruniakan Tuhan.
Cinta memang selalu mendominasi kisah-kisah sepanjang masa, cinta seorang Bunda kepada anaknya, cinta kepada pasangan, cinta seorang makhluk kepada Tuhannya, cinta kepada kebenaran, cinta untuk berbagi dan merasa cukup, cinta kepada ketulusan dan berbuat baik, dan setia untuk selalu mencintai. Semuanya, komplit disuguhkan lewat buku ini. Ini memang hanya secuil dari selaksa cinta yang bertebaran di semesta, yang satu sama lain saling terkoneksi dengan cara yang sulit untuk difahami, tapi bisa dirasakan kehadirannya.

NF
22 Mei 2011

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Yang Terbaik Bagimu* (Puisi untuk Ayah)

Hanya Isyarat [Rectoverso]

5 Upaya agar Bisa Konsisten Ngeblog

Dapet Kerjaan Gara-gara Ngeblog

Seni Membuang Barang [Edisi Pakaian]

Tamasya Ingatan (Sebuah Surat untuk Fathia Mohaddisa)