[Komunitas] Tabrak Warna: Menolak Tua*

"We don’t stop playing because we grow old; we grow old because we stop playing." –George Bernard Shaw

           

Apa sih yang kebayang ketika mendengar kata “mewarnai”?

Kerjaan anak TK atau SD?

Memang benar sih, mewarnai adalah salah satu aktivitas menyenangkan yang dilakukan pada masa kecil. Tetapi, saat ini mewarnai juga aktivitas milik orang dewasa. Main-main deh ke toko buku, udah banyak banget buku coloring for adults dan laris banget.

Pertama kali saya penasaran dengan dunia coloring itu saat melihat salah satu adegan dalam drama korea Producer, IU mewarnai sambil menunggu telpon. Saya kaget. Eh kok ada buku mewarnai gitu? Setelahnya, karena saya juga jualan buku, sempet ada promo coloring book for adults. Saat itu cuman kepikiran buat jualan aja, belum tertarik beli.

Sampai akhirnya disodorin coloring book My Own World lah sama temen. Karena bukunya udah ada, jadi mau nggak mau harus nyari alat buat mewarnainya. Sedangkan saya nggak akrab dengan dunia gambar-menggambar. Akhirnya searching alat gambar, liat video tutorial mewarna di youtube sampai ikutan komunitas mewarnai, namanya Tabrak Warna. Saya ikut grup Whatsapp yang regional Bandung. (Serius banget ya saya?)

Nah, kemarin 10/1 saya ikutan meet up komunitas Tabrak Warna Bandung. Di bawah pohon rindang di Taman Balai Kota, bertebaran alat perang mulai dari buku mewarnai, pensil warna, connector pens, dsb. Yang dateng sebagian besar memang perempuan dengan usia yang beragam, bahkan ada yang membawa anak. Bener kan, hobi mewarnai ini lintas generasi.

Dalam komunitas ini, saya bisa ketemu dan berkenalan dengan banyak orang. Kami juga belajar bareng tentang teknik mewarnai di grup. Yah sekalipun judulnya tabrak warna, kalo kata Teh Mely (salah satu member Tabrak Warna Bandung yang juga temen saya semasa kerja di penerbit): Pilihlah warna kemana hatimu membawa. Tapi, tentu saja akan lebih membahagiakan jika hasil mewarnainya maksimal dan indah dipandang, sukur-sukur bagus buat dipamerin di Instagram. Ahaha...

Salah satu peserta meet up sempet bilang, “Sekalipun usia sudah di atas 40, dengan ikut komunitas ini, semoga bisa ikutan muda.”

“Jiwa memang harus tetep muda,” balas member yang lain.

Peralatan perang bertebaran.
Foto: Admin Tabrak Warna Bandung

Lagi pada serius ngewarnain :D (Pindah tempat karena hujan)
Foto: Admin Tabrak Warna Bandung

Memang ada beberapa tanggapan saat saya mulai belajar mewarnai, sempet ada yang bilang balik lagi kaya anak TK, sempet rebutan pensil warna sama anak sepupu yang usianya masih lima tahun, bahkan sempet ditanya adik “Teteh emang stres?” gara-gara di cover buku ada tulisan “terapi warna anti stres”. Grrrrr~

Di luar negeri mewarnai ini memang sangat populer. Di Indonesia sendiri lagi ngehits akhir-akhir ini (entah memang sudah lama dan saya kurang update). Mewarnai banyak disebut-sebut sebagai anti stres, sarana relaksasi dan menjernihkan pikiran yang mumet. Ada juga yang bilang, mewarnai bisa memicu munculnya imajinasi dan ide kreatif.

Oya, untuk mewarnai, nggak mesti punya coloring book kok, di internet banyak bertebaran gambar-gambar gratis yang siap di-print dan diwarnai. Kalau mau beli coloring book for adults juga banyak, di salah satu toko buku besar malah ada rak khusus buku mewarnai. Saya sendiri baru punya My Own World buku pertama. 

Me and My Own World

Seperti yang dibilang penulis besar Bernard Shaw. Kita menua karena kita berhenti bermain. Maka dari itu, mari menolak tua dengan banyak-banyakin bermain! XD

Peserta meet up Tabrak Warna Bandung
Foto: Teh Yuli

*Saat menulis judul ini, saya teringat dengan istilah "Menolak Lupa" yang banyak dipakai saat menyebut-neyebut kasus HAM