Buku yang Selesai Saya Baca pada Bulan Januari

Pada awal tahun 2015 saya berniat untuk membuat target bacaan minimal 48 buku selama setahun. Artinya, setidaknya saya harus membaca empat buku setiap bulannya. Idealnya, setelah membaca setiap buku, saya langsung membuat review di blog. Tapi kalau sedang malas, ya minimalnya membuat review singkat di blog ini tentang semua buku yang dibaca pada bulan tersebut.
Nah, untuk bulan ini berikut beberapa buku yang saya baca beserta review singkatnya:
Surga Sungsang
Penulis: Triyanto Triwikromo
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 144 halaman
Cetakan: Pertama, Maret 2014
Sebelum membacanya, saya membolak-balik buku ini beberapa kali untuk memastikan apakah ini kumpulan cerpen atau novel, sebab di halaman depan dilabeli "Buku Cerita". Ternyata‒menurut pandangan saya‒ini bisa disebut sebagai keduanya. Kumpulan cerpen yang sekaligus adalah sebuah novel.
Disebut kumpulan cerpen sebab setiap judul bisa dibaca dari bab mana saja. Setiap bab memenuhi persyaratan sebagai sebuah cerita yang berdiri sendiri karena unsur yang menjadi syarat sebuah tulisan disebut cerpen semuanya ada. Sebagian besar cerpennya bahkan pernah dimuat di media secara terpisah.
Cerpen-cerpen tersebut kemudian memiliki benang merah. Setiap tokoh dalam masing-masing cerpen terhubung dengan satu konflik yang sama. Dan jadilah sebuah cerita yang panjang. Novel.
Bukankah ini jenius?

The Giver  (Sang Pemberi)
Penulis: Lois Lowry
Penerjemah: Ariyantri Eddy Tarman
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 232 halaman
Cetakan: Pertama, Agustus 2014
Saya tidak tahu apakah Veronica Roth membaca buku ini atau tidak. Tapi, kalau J.K. Rowling terang-terangan mengakui bahwa The Sword in the Stone adalah nenek moyang dari Harry Potter, saya menerka kalau The Giver itu cikal bakal kelahiran Divergent.
Cerita dalam buku pertama dari Tetralogi The Giver ini lebih santai dan tidak semenegangkan novel-novel distopia yang pernah saya baca. Tapi tatanan kehidupan yang dibangun di cerita ini justru lebih ngeri.
Kita bisa dengan santainya menyebut “Sama rata, sama rasa.” Tetapi jika hal itu dipraktikan secara ekstrem dalam kehidupan nyata justru adalah sebuah bencana. Bacalah novel ini untuk merasakan kengeriannya!

Mata yang Enak Dipandang
Penulis: Ahmad Tohari
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 216
Cetakan: Pertama, Desember 2014
Cerita-cerita yang ditulis oleh seorang penulis mumpuni itu tidak bisa tidak selalu membuat saya mengumpat sebab saya kesal –kenapa ada cerita sebagus itu- sekaligus terhibur dalam waktu bersamaan. Tidak ada akrobat kata-kata di dalam cerpen-cerpen ini tetapi temanya brillian.
Saya menyukai para penulis yang mengambil tokoh orang biasa dan masyarakat pada umumnya. Sebab terasa sangat dekat dengan kehidupan saya. Cerita-ceritanya jadi terasa sangat nyata.

The Geography of Bliss
(Kisah Seorang Penggerutu yang Mengelilingi Dunia Mencari Negara Paling Membahagiakan)
Penulis: Eric Weiner
Penerbit: Penerbit Qanita
Jumlah halaman: 512 halaman
Cetakan: Cetakan ketiga, Maret 2012
Saya mulai membaca buku ini pada 2014. Kebiasaan buruk saya saat membaca buku kumpulan cerita adalah bisa membacanya kapan saja. Tidak seperti membaca novel yang mau tidak mau harus segera saya tuntaskan jika tidak ingin kehilangan alur cerita.
Awalnya saya mengira ini adalah sebuah novel, ternyata ini sebuah catatan perjalanan. Saya juga mengira seperti umumnya catatan perjalanan yang pernah saya baca hanya bercerita tentang sebuah tempat dan membahas permukaannya saja seperti keadaan daerahnya, makanan khas dsb. Catatan perjalanan yang satu ini cukup berbeda, penulis menyelam hingga ke dalam hati penduduk di negara tersebut. Apakah mereka berbahagia atau tidak dan apa penyebabnya?
Sesuai dengan sub judulnya tentang seorang penggerutu yang mencari tempat membahagiakan. Penulisnya menganalisis apakah tinggal di Swiss‒tempat paling aman di dunia dan penduduknya bisa bunuh diri kapan saja‒lebih membahagiakan ketimbang tinggal di Qatar yang melimpah dengan harta tetapi tidak memiliki kebudayaan dan seni? Ditambah beberapa pengakuan dari penduduk negara lain seperti Belanda, Bhutan, Islandia, Moldova, Thailand, Britania Raya, India dan Amerika.
Saya merasa ini bukan hanya sekedar catatan perjalanan secara fisik tetapi juga batin (semoga saya tidak berlebihan). Maka, buku ini saya masukan ke dalam list “Buku yang layak dibaca ulang.”
***
Sekalipun target terpenuhi, tetapi rasanya sedih sebab saya hanya mampu menyelesaikan empat buku saja. Ada tiga kumpulan cerpen lain yang sedang dibaca tetapi belum tuntas. Kabar baiknya keempat buku yang saya baca selama bulan ini keren semua. Dan, buku-buku itu yang menemani serta berhasil menghibur saya selama sebulan ini. *sungkem sama para penulisnya*
Kalau kamu? Buku apa yang kamu baca selama bulan Januari?

Bandung, 3 Februari 2015

Comments

Popular posts from this blog

Yang Terbaik Bagimu* (Puisi untuk Ayah)

Hanya Isyarat [Rectoverso]

5 Upaya agar Bisa Konsisten Ngeblog

Dapet Kerjaan Gara-gara Ngeblog

Seni Membuang Barang [Edisi Pakaian]

Tamasya Ingatan (Sebuah Surat untuk Fathia Mohaddisa)