Jika pertanyaan ini dilontarkan saat usia saya masih remaja, tentu jawabannya akan berderet seperti list belanjaan bulanan. Semua kualifikasi dari mulai fisik, materi, filosofi, idealisme, kultur dan berbagai tuntutan tidak tahu diri lainnya. Beranjak dewasa, tepatnya setelah lulus kuliah, saya mulai agak sadar bahwa saya tidak akan mendapatkan semua hal yang saya inginkan. Bukannya saya tidak menemukan orang dengan kualifikasi idaman. Tetapi kesadaran saya tentang diri sendiri mulai terbangun. Memandang sosok idaman itu seperti halnya memandang matahari, jangankan punya keinginan untuk mengejarnya, bahkan mata saya tak sanggup menantang sorotan cahayanya. Akhirnya saya mulai merangkum dua hal dari kriteria pasangan idaman. Cukup dua hal saja saya pikir tidak akan sulit mencarinya. Pertama, penyuka seni. Kedua, humoris. Apakah ini terdengar muluk-muluk?
Comments
Post a Comment