Read-A-Thon Day #1: Jangan Terlalu Keras pada Diri Sendiri
I’m on page
290 of 452 Percy Jackson and The Olympians #5: The Last Olympian
Saat tulisan ini dibuat, saya masih berada di halaman 290 buku kelima serial Percy Jackson.
Ya, saya baru menyelesaikan setengah buku dari total halaman sekitar 450. Saya
tidak dapat menyelesaikannya
pada hari pertama sebab seharian kemarin
saya hanya menghabiskan waktu untuk membaca kurang lebih tiga atau empat jam. Mencuri-curi waktu saat bangun tidur, sore
hari dan menjelang tidur sebab siang harus kerja ditambah jam kerja malam.
Awalnya saya terlalu berambisi menyelesaikan buku ini dalam
satu hari. Saya memang sengaja tidak memasukkannya ke dalam toples TBR dan memilih mendahulukan buku
ini. Saya pikir, mumpung masih awal-awal, yang otomatis
energi saya masih besar untuk
menghadapi buku setebal 452 halaman. Bagi saya yang memang termasuk pembaca yang
lambat, 452 halaman bukan hal
yang mudah, terbukti saya hanya mampu mencapai angka 200-an saja.
Daripada “membaca
sebanyak mungkin”, tantangan ini malah lebih membuat saya “membaca sesering
mungkin”. Maka, ketika ada sedikit waktu luang, seperti di dalam angkot atau
menjelang tidur, saya lebih memilih meraih buku dan membacanya. Artinya saya
harus memangkas aktifitas semacam mengecek handphone, main game atau bengong.
Tetapi, sekeras
apapun saya mencoba, saya belum bisa menyelesaikan buku ini dalam satu hari.
Lalu saya teringat ucapan seseorang yang pernah mengingatkan saya untuk tidak
terlalu keras pada diri sendiri apalagi menyiksa diri sendiri, jadi saya akan
melakukan apapun sekemampuan saja dan tetap bikin bahagia. Saya tidak
akan merelakan waktu tidur untuk membaca, saya hanya berusaha sebisa mungkin
mengakrabkan diri dengan bacaan.
Oya buku kelima Percy Jackson ini cukup menarik, karena ini buku yang cukup
berbeda dibandingkan buku-buku sebelumnya. Dalam buku-buku sebelumnya, ada semacam plot standar dengan porsinya masing-masing. Dimulai dengan menerima misi (baik itu resmi atau tidak),
kemudian berpetualang melakukan pencarian, dan di ujung akan ada pertempuran, entah dengan monster atau
antek-antek Kronos.
Kini, keadaan
sudah semakin genting, karena Kronos sudah bangkit lagi. Dia punya kemampuan
yang mengerikan: mengendalikan waktu. Nico di Angelo menyarankan sebuah rencana
yang sangat berbahaya kepada Percy, tetapi mungkin hanya ini satu-satunya cara agar bisa
mengalahkan Kronos (atau setidaknya menandinginya). Saran dari seorang anak yang hobi berbicara dengan hantu
tentu bukan saran yang akan terdengar menyenangkan.
Dalam buku ini, pertempuran sudah terjadi sejak halaman 200-an. Percy dan kawan-kawan
blasteran harus melawan Kronos
langsung demi mempertahankan Gunung
Olimpus yang berada di lantai 600 Empire State Building. Sedangkan para dewa pun disibukkan dengan moster lain yang sudah menjadi
musuh bebuyutan Olympian. Monster tersebut akan tiba di
Manhattan dalam dua hari dan menghancurkan Gunung Olimpus.
Sebuah
pertarungan yang mengkhawatirkan, soalnya para blesteran kalah jumlah. Prometheus
bilang, perbandingan jumlah mereka 1:20. Selain itu kekuatan para blasteran juga
terbatas. Bayangkan saja, rata-rata masih pada belasan tahun dan mereka harus
melawan para monster dengan bentuk dan kemampuan yang aneh-aneh. Mungkinkah
mereka seenggaknya bertahan sampai sebuah keajaiban datang? Jika menang melawan
Kronos terdengar terlau mustahil.
TBR Jar
Challenge
Karena buku
pertama belum tuntas, hari ini saya belum menyentuh toples TBR dan memilih
melanjutkan membaca Percy Jackson & The Olympians #5: The Last Olympian.
Jika hari ini bisa saya selesaikan dan masih ada waktu, barulah saya akan
mengambil kertas dari toples TBR.
Salam!
Salam!
Comments
Post a Comment