Read-A-Thon Day #2: Membaca di Tempat Umum
- Finished Percy
Jackson & The Olimpians #5: The Last Olympian by Rick Riordan
- On page 28
of 172 Rumah Kopi Singa Tertawa by Yusi Avianto Pareanom
Akhirnya pada
hari kedua, saya bisa menyelesaikan Percy Jackson buku kelima. Membaca
seri ini cukup melelahkan karena penuh dengan pertempuran. Sekalipun endingnya
bisa ditebak, tetapi tetap bikin penasaran bagaimana akhirnya pergulatan Percy melawan
kekuatan Kronos.
160 halaman
terakhir Percy Jackson saya selesaikan sore hari selepas kerja, tetapi ada sebagian
bab yang saya baca saat perjalanan ke tempat kerja (baik berangkat atau pulangnya). Sekalipun jarak antara kosan
dan tempat kerja hanya berjarak kurang lebih 5
km, tetapi bisa menghabiskan waktu 40-60 menit menggunakan angkot. Waktu sebanyak itu biasanya saya
habiskan dengan membaca buku, sesekali buka handphone atau bengong aja liat
jalanan.
Berhubung ada
target yang harus saya tuntaskan, saya memilih menghabiskan waktu untuk
membaca di perjalanan. Membaca di tempat umum, terutama di kendaraan bukan hal yang asing,
itu justru mengasyikan. Terutama kalau melakukan perjalan
sendirian, kalau ada teman sih lebih asik ngobrol. Tersebab saya lebih
sering kemana-mana sendiri, rasanya saat pikiran larut dalam bacaan, jarak tempuh
sejauh apapun serasa sekali tolehan kepala. Pas liat jalan, tiba-tiba udah sampe aja atau
malah kelewatan.
Di luar negeri,
melihat orang membaca di tempat umum adalah pemandangan biasa. Selain perpustakaan
tentu saja, kedai kopi atau kafe juga tempat yang asik untuk membaca. Di daerah Timur
Tengah kabarnya malah banyak orang yang membaca Alquran di tempat umum,
misalnya saat menunggu bis, di dalam angkutan umum, dsb.
TBR Jar
Challenge
Akhirnya buka
toples TBR juga dan saya sempat deg-degan. Buku apa yang akan saya baca ya? Dan tadaaa,
keluarlah Rumah Kopi Singa Tertawa. Malam hari, saya membaca beberapa
cerpennya sebelum akhirnya jatuh tertidur. Cerpen pembukanya berjudul Cara-cara
Mati yang Kurang Aduhai. Ini adalah cerpen yang aduhai. Menyebalkan dan
sialan endingnya! Ini akan masuk ke dalam deretan kumcer kesayangan dan saya
berencana membaca ulang kelak.
Cover kumcer
ini unik. Umumnya, cover kumcer yang saya baca tu gambarnya abstrak atau gambar-gambar absurd.
Cover kumcer ini semacam potret orang-orang di kedai kopi, beberapa malah ada
yang memakai topeng monster. Awalnya enggan membeli kumcer ini karena
covernya, tetapi saya ingat ada seorang teman yang pernah merekomendasikan kumcer ini. Dan, saran teman saya itu memang nggak pernah mengecewakan.
Sekalipun
baru baca beberapa cerpennya, saya merasa cerpen-cerpennya memang bagus, tidak heran melihat
buku ini ada di deretan Kumpulan Cerpen Terbaik Indonesia versi Goodreads. Jadi bikin saya semangat membacanya. Bisakah saya menyelesaikannya di hari ketiga? Let’s
see!
Comments
Post a Comment