Filosofi Sepuluh Detik Dikejar Anjing
Ada yang tahu istilah buat phobia terhadapa anjing? Entahlah
setiap kali melihat anjing, tiba-tiba badanku bergetar, dan mataku tertunduk,
sebisa mungkin aku memalingkan pendanganku dari anjing itu. Ceritanya dimulai
dari kejadian tahun 2008 lalu. Begini ceritanya.....
Pagi yang sejuk di gang-gang pojok utara Kota
bandung,disanalah atap pertama yang kusinggahi dalam pemburuan ilmu tak
berujung ini (Wedezig lebay....). pagi itu aku mau berangkat kuliah, dengan
pakaian rapih sesuai aturan yang ditetapkan kampus (Bakat taat aturan yang
bersemayam di otakku sejak zaman sekolah dulu masih melekat kuat di era
Mahasiswa Tingkat awalku).
Keluar dari gerbang kosan yang terletak di Cilimus itu, aku
berjalan cepat, biasa gidig sarebu tea (Niru gaya jalannya orang-orang Jepang,
wiiiihhh). Tiba-tiba tali sepatuku terurai, dan aku hendak membetulkannya, ga
kebayang resiko kalo nyampe jatuh gara-gara nginjek tali sepatu sendiri, dan
ternyata tanpa kusadari di depan sana
ada kejadian yang mungkin akan lebih parah dari sekedar “Tikojot” gara-gara
nginjek tali sepatu.
Aku meletakan kaki kananku dengan tali sepatu terurai itu di
sebuah tangga warung. Warung yang letaknya tak jauh dari kosanku, posisi
bangunan warung itu ada di atas jalan gang, gang yang cukup luas karena bisa
masuk mobil. Aku tidak memperhatikan kesibukan penjual dan pembeli di warung
yang lebih tinggi beberapa ratus centi dari posisiku.
Selesai menalikan sepatu, aku menengadahkan kepala, niatnya
untuk beranjak melanjutkan perjalanannku menuju kampus, tiba-tiba sreeeeeeet...
detik pertama, metaku tertuju pada seekor anjing, otakku dengan kemampuan
komprehensi yang luar bisa cepat langsung mengenali anjing berbulu putih
gimbal, terawat sekali, aku tahu semua orang tahu itu anjing milik seorang
tetangga Nasrani yang menghuni rumah besar tepat di samping kosanku, mereka
memelihara anjing banyak sekali dan...
Detik ke dua aku mulai melangkahkan kaki senormal mungkun,
tak berniat sedikitpun untuk berlari, detik ke tiga ujung mataku menangkap
bayangan sosok anjng putih (Yang aslina lucu pisan sebenerna mah) itu melompat (Berlari)
menuruni tangga itu dengan cepat setelah kontak mata itu berlangsung satu detik
lalu.
Detik ke empat Aku yang entah begitu kegeeran refleks berlari
dan berteriak, menjerit-jerit memohon pertolongan. Ooohhhh ibu kepalaku
menengok ke belakang dan anjing putih lucu yang dimataku kini begitu
menyeramkan seseram Lord Voldemort berlari mengejarku, dia mulai menggonggong,
gonggongannya begitu lucu sungguh, mungil sekali tapi itu sangat kontras dengan
yang kurasakan seperti mendengar lolongan anjing tengah malam disertai petir
dan dan halilintar.
Detik kelima Aku berlari semampu aku bisa, cepat sekali, aku
tahu itu, aku belum pernah berlari sekencang ini. Dengan kondisi aku memakai
rok sepan, rok dengan diameter yang sangat sempit, rok yang longgar sedikit
dari ukuran kakiku, terbayang aku berlari dengan langkah yang kecil tapi
kecepatan maksiamal yang aku mampu.
Detik ke enam aku melihat sesosok orang di depanku, sepersekian
detik otakku bisa mengenali itu seorang laki-laki berkacamata dengan handphone
di genggaman tangannya, sepersekian detik aku tau dia sedang asik smsn tapi dia
pun kaget melihatku yang berlari berlawanan arah dengannya.
Detik ke tujuh aku masih bisa menggunakan akal sehatku, tidak
mungkin aku menubruk orang itu, atau apalah yang pasti aku berharap dia bisa
menerjemahkan jeritanku juga raut wajahku (yang entah seperti apa bentuknya
waktu itu), memohon pertolongannya.
Heiii di detik ke delapan dia menghentikan langkahnya, matanya
pun tidak lagi tertuju pada layar hp, dia menatapku dengan wajah datar, yakin
sepersekian detik dia bisa menerjemahkan apa yang terjadi di hadapannya tapi
aku yakin dia pun bingung harus berbuat apa, dia hanya diam.
Di detik ke sembilan aku mulai membelokan arahku, berputar
kebelakang laki-laki itu, tanpa menyentuhnya, haii akal sehatku masih berfungsi
dengan baik di detik-detik menegangkan seperti ini, insting menyelamatkan
diriku masih bekerja sesuai jalurnya, bagian tubuhku pun bekerja sama dengan
baik, aku merasa kebal, kakiku tidak terasa sedikitpun sakit dan aku memang
tidak terpikir kesana di detik ini. Anjing kecil mungil itu terus mengejarku,
senang sekali sepertinya dia , dapat “mainan baru”. Karena aku memutar arah di
sosok laki-laki itu yang aku kira bisa sedikit membuyarkan konsentrasi atau
merubah pikiran anjing itu untuk berhenti menggejarku dan menganti targetnya ke
sosok laki-laki itu.
Tapi tidak berhasil dia terus setia mengejarku dengan
riangnya, dan ‘’Tiing... ‘’ ide penyelamatan diri itu mulai muncul di Detik ke sepuluh, aku berlari ke arah tangga
warung itu, tangga kiri tepat bersebelahan dengan tangga yang dilewati anjing
itu saat mulai mengejarku. Ide bagus menurutku, berharap anjing itu tidak cukup
terlatih untuk menaiki tangga secepat ia menuruninya. Da tiba-tiba.....”Denis,
denis, denis, sini Denis, sini” pemilik anjing yang mulai menyadari di detik ke
sepuluh bahwa anjing peliharaanya itu berhasil membuat seseorang ngos-ngosan, memanggil
anjing mungil itu tepat ketika kaki anjing itu mulai meniti anak tangga
pertama. Tapi sebuah pepatah akhirnya dibenarkan di detik kesepuluh itu
sekaligus mengakhiri kejar-kejaran itu, “Anjing adalah hewan paling nurut ke
tuannya”. Anjing kecil itu mulai berbalik ke arah suara yang memanggil namanya,
suara yang sangat ia kenali. “Ayo pulang sayang....” sekilas pemilik anjing itu
menatapku plus seulas senyuman dan permohonan maaf, dengan seuntai nasihat
“Kalo liat anjing jangan lari.” Kalimat yang kudengar juga dari orang-orang
disekitar kejadian itu.
Fuuuhh...aku mendengus sebal, sambil mengerutu dalam hati. Aku
tahu bahkan hafal sekali dengan pepatah itu. Lagian hanya aku dan Allah yang
tahu kalo pepatah itu pun tidak berlaku pagi ini. Yang kemudian berlaku adalah
kalo ada anjing, jangan sekali-kali melakukan kontak mata dengannya. Pemahaman yang akhinya kupegang hingga
hari-hari berlalu meninggalkan kejadian itu. Aku sebisa mungkin berpura-pura
tidak melihat anjing itu, padahal badanku tiba-tiba dingin, jantungku langsung
berdegup kencaaaang sekali dan tangan juga kakiku bergetar.
Pertanyaannya, ’’ Apakah kita harus dikejar anjing dulu baru
akan berlari kencang ?’’
Comments
Post a Comment