Tentang Aku yang Tengah Bosan

(Catatan pada suatu pagi dengan cuaca yang wajar untuk musimnya.)
Gambar dari sini
Ini catatan tentang aku yang tengah bosan.
Bosan pada bunyi alarm yang itu-itu saja setiap pagi, pada jam yang sama.
Bosan pada tetes air dari keran di kamar mandi yang tidak tertutup sempurna.
Bosan pada angkot hijau berplat biru.
Bosan pada setiap jengkal jalan Paledang yang saban pagi kulewati, termasuk pada  gonggong anjing dari pagar rumah orang-orang.
Bosan pada tokoh Allan Karlsson yang hanya memiliki satu keahlian yaitu membuat peledak tetapi dia mendapat banyak keberuntungan hingga usianya melewati 100 tahun.
Bosan pada aku dan kamu yang urung menjadi kita.
Bosan pada diriku yang selalu lupa dengan definisi dan teori yang telah kupelajari.
Bosan pada semua rasa bosan.
Bosan pada makhluk tak terdefinisi bernama perasaan. 

Ahhh, aku selalu tak bisa menahan diri untuk tak menghela napas panjang setiap kali sampai pada urusan perasaan.

Aku lalu teringat pada deretan pesan darimu. Pesan panjang yang aku selami satu persatu dan belum sempat atau mungkin tidak akan aku balas. 

Lalu aku meraba salah satu sudut hatiku yang tiba-tiba digerayangi nyeri untuk alasan yang tidak bisa kumengerti. Mengingat aku dan kamu, dua orang asing yang terjebak pada sebuah perasaan. Perasaan yang kemudian tak membawa aku dan kamu kemana-mana. Bahwa setelah semua perasaan ini aku dan kamu tidak bisa berteman baik ataupun menjadi sepasang kekasih yang berbahagia. Hanya akan menjadi orang asing (lagi) yang kembali berjalan sambil melepaskan kenangan satu persatu.

Ahh seandainya kenangan itu bisa dihapus seketika. Semudah memencet tombol "Delete".

Dan aku malah teringat film keren dan manis. Eternal Sunshine of the Spotless Mind (2004). Yang main Jim Carrey. Kesukaanmu. Bahwa melupakan, menghapus kenangan, menghilangkan seseorang dari pikiran bukan perkara gampang. Sekalipun ada teknologi yang mampu membantu melakukannya.

Setelah menonton itu, aku terdiam lama. Aku tidak ingin menjadi Joel Barish dan Clementine Kruczynski yang menurutku menyedihkan. Dua orang yang katakanlah bahagia selamanya. Mereka menghapus kenangan pahit setiap kali didera konflik. Hingga mereka hanya bisa mengingat kenangan baik dari pasangan masing-masing.

Bukankah tidak ada pasangan yang sempurna?

Bukankah tidak ada sosok yang tak pernah berbuat cela?

Bukankah tidak semua yang kita inginkan harus terlaksana?

Aku diam semakin lama. Barangkali setelah ini aku akan berhenti bosan, terutama untuk dua hal. Menerima dan berbahagia.

Comments

Popular posts from this blog

Yang Terbaik Bagimu* (Puisi untuk Ayah)

Menulis sebagai Passion, Pekerjaan atau Hobi?

5 Upaya agar Bisa Konsisten Ngeblog

Hanya Isyarat [Rectoverso]

Dapet Kerjaan Gara-gara Ngeblog

Belajar tentang Gaya Hidup Minimalis dari 5 Youtubers Ini